Ipelita Tersukses Di Orde Baru: Apa Dan Mengapa?
Hey guys! Pernah denger tentang Ipelita? Buat kalian yang lahir di era 90-an atau sebelumnya, pasti familiar banget sama istilah ini. Tapi, buat generasi Z atau Alpha, mungkin agak asing ya? Nah, kali ini kita bakal ngobrol santai tentang Ipelita yang dianggap paling berhasil di masa Orde Baru. Penasaran kan, kenapa kok bisa dibilang paling berhasil? Yuk, simak terus!
Apa Itu Ipelita?
Sebelum kita bahas lebih jauh, ada baiknya kita pahami dulu apa itu Ipelita. Ipelita adalah singkatan dari 'Investasi Pembangunan Lima Tahun'. Jadi, sederhananya, Ipelita ini adalah rencana pembangunan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah Indonesia setiap lima tahun sekali. Tujuannya jelas, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan di berbagai sektor. Mulai dari pertanian, industri, infrastruktur, sampai pendidikan dan kesehatan. Semua dirancang sedemikian rupa agar Indonesia bisa terus maju dan berkembang.
Nah, di era Orde Baru, Ipelita ini jadi semacam blueprint atau panduan utama dalam menjalankan roda pembangunan. Setiap Ipelita punya fokus dan prioritasnya masing-masing, disesuaikan dengan kondisi dan tantangan yang dihadapi pada saat itu. Pemerintah Orde Baru sangat serius dalam menjalankan Ipelita, karena dianggap sebagai kunci untuk mencapai stabilitas ekonomi dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kenapa Ipelita ini penting banget? Bayangin aja, guys, kalau sebuah negara nggak punya rencana pembangunan yang jelas, pasti jalannya akan kebingungan dan nggak terarah. Dengan adanya Ipelita, pemerintah bisa lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya, menentukan target-target yang ingin dicapai, dan mengukur keberhasilan pembangunan secara berkala. Jadi, bisa dibilang Ipelita ini adalah kompasnya pembangunan ekonomi Indonesia di masa Orde Baru.
Mengapa Ipelita Dianggap Berhasil?
Sekarang, mari kita bahas kenapa Ipelita di era Orde Baru sering dianggap berhasil. Ada beberapa faktor yang membuat Ipelita pada masa itu mencatatkan prestasi yang cukup membanggakan. Pertama, adanya stabilitas politik yang relatif terjaga. Di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, pemerintah mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi pembangunan ekonomi. Demonstrasi dan konflik sosial bisa diredam, sehingga investor merasa aman untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Kedua, adanya dukungan kuat dari para teknokrat ekonomi yang handal. Nama-nama seperti Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, dan J.B. Sumarlin adalah contoh para ekonom yang punya visi dan strategi yang jelas dalam mengelola perekonomian Indonesia. Mereka mampu merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat, sehingga Ipelita bisa berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati juga menjadi kunci keberhasilan Ipelita pada masa itu.
Ketiga, adanya investasi besar-besaran di sektor infrastruktur. Pemerintah Orde Baru sangat fokus dalam membangun jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan konektivitas antar daerah, memperlancar arus barang dan jasa, serta menarik investasi dari luar negeri. Pembangunan infrastruktur ini terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
Keempat, adanya program-program pro-rakyat yang cukup efektif. Misalnya, program Keluarga Berencana (KB) yang berhasil menekan angka kelahiran, program Bimbingan Massal (Bimas) yang meningkatkan produktivitas pertanian, dan program Inpres Desa yang membangun infrastruktur di pedesaan. Program-program ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menciptakan stabilitas sosial dan politik.
Ipelita yang Paling Berhasil Sepanjang Masa Orde Baru
Dari sekian banyak Ipelita yang dilaksanakan di era Orde Baru, ada satu Ipelita yang sering dianggap paling berhasil, yaitu Ipelita IV (1984-1989). Kenapa Ipelita IV ini dianggap paling sukses? Ada beberapa alasan yang mendasarinya.
- 
Pertumbuhan Ekonomi yang Tinggi: Selama periode Ipelita IV, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata mencapai 5,6% per tahun. Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang lainnya pada saat itu. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini didorong oleh peningkatan produksi di sektor industri dan jasa, serta investasi yang terus meningkat.
 - 
Swasembada Pangan: Salah satu pencapaian terbesar Ipelita IV adalah keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan pada tahun 1984. Artinya, Indonesia mampu memproduksi beras dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tanpa harus mengimpor dari negara lain. Keberhasilan ini merupakan hasil dari investasi besar-besaran di sektor pertanian, penggunaan teknologi modern, dan dukungan pemerintah yang kuat.
 - 
Peningkatan Ekspor Non-Migas: Di tengah gejolak harga minyak dunia, pemerintah Orde Baru berhasil menggenjot ekspor non-migas. Diversifikasi ekonomi dilakukan dengan mengembangkan sektor-sektor industri yang berorientasi ekspor, seperti tekstil, alas kaki, dan produk-produk manufaktur lainnya. Kebijakan ini terbukti mampu meningkatkan pendapatan negara dan mengurangi ketergantungan pada sektor minyak dan gas.
 - 
Pengendalian Inflasi: Pemerintah juga berhasil mengendalikan laju inflasi selama periode Ipelita IV. Melalui kebijakan moneter yang ketat, inflasi berhasil ditekan hingga di bawah 10% per tahun. Stabilitas harga ini sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.
 
Dampak Positif dan Negatif Ipelita
Walaupun Ipelita, khususnya Ipelita IV, dianggap berhasil dalam banyak hal, kita juga nggak boleh menutup mata terhadap dampak negatif yang ditimbulkannya. Ada beberapa kritik yang sering dilontarkan terhadap pelaksanaan Ipelita di era Orde Baru.
Dampak Positif:
- 
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat: Secara umum, Ipelita berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Angka kemiskinan menurun, tingkat pendidikan meningkat, dan akses terhadap layanan kesehatan semakin luas.
 - 
Pembangunan Infrastruktur yang Merata: Pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan selama periode Ipelita berhasil meningkatkan konektivitas antar daerah dan mempermudah akses masyarakat terhadap berbagai fasilitas publik.
 - 
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan: Ipelita berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, meskipun masih ada ketimpangan di berbagai sektor.
 
Dampak Negatif:
- 
Kesenjangan Ekonomi: Salah satu kritik utama terhadap Ipelita adalah meningkatnya kesenjangan ekonomi antara kelompok kaya dan miskin. Pembangunan lebih terfokus di wilayah perkotaan dan dinikmati oleh segelintir orang, sementara masyarakat di pedesaan dan kelompok marginal masih tertinggal.
 - 
Kerusakan Lingkungan: Pembangunan industri dan infrastruktur yang pesat juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Hutan-hutan ditebang, sungai-sungai tercemar, dan polusi udara meningkat.
 - 
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN): Praktik KKN menjadi masalah serius selama periode Ipelita. Banyak proyek pembangunan yang dikorupsi, sehingga manfaatnya tidak sampai ke masyarakat.
 
Kesimpulan
So, guys, Ipelita yang dianggap paling berhasil sepanjang masa Orde Baru adalah Ipelita IV (1984-1989). Keberhasilan ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, swasembada pangan, peningkatan ekspor non-migas, dan pengendalian inflasi. Namun, kita juga nggak boleh lupa bahwa Ipelita juga memiliki dampak negatif, seperti kesenjangan ekonomi, kerusakan lingkungan, dan praktik KKN. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kalian tentang sejarah pembangunan ekonomi Indonesia ya! Sampai jumpa di artikel berikutnya!